Info : Arlog, Si anak Logam di Pelabuhan Ketapang
Judul : Arlog, Si anak Logam di Pelabuhan Ketapang
Arlog, Si anak Logam di Pelabuhan Ketapang
Artikel Anak Logam, Artikel Khas Ketapang,
Arlog Anak Logam di Pelabuhan Ketapang - Kalau Anda melintas di Selat Bali dari pelabuhan Ketapang menuju Gilimanuk di Bali pada siang hingga senja hari, pasti akan mendapati pemandangan anak-anak yang berlomba mengejar uang logam yang dilemparkan para penumpang kapal ke laut. Itulah fenomena Arlog di Pelabuhan Ketapang Banyuwangi. Bagaimana keseharian mereka?
Arek-Arek Logam atau lebih dikenal Arlog, begitu panggilan
khas anak-anak tersebut. Arlog adalah salah satu sisi kehidupan yang tak dapat
dipisahkan dengan Pelabuhan Ketapang Banyuwangi.
Mereka adalah sekumpulan anak-anak yang memiliki keseharian
yang cukup menarik dengan mengais rezeki dari kepingan logam yang diberi
penumpang kapal. Umumnya, anak-anak itu berasal dari sekitar pelabuhan.
Kepingan uang logam bernilai Rp 500- Rp 1.000 yang
dilemparkan para penumpang kapal ke dalam laut, langsung memancing sekumpulan
anak-anak Arlog menyelam saling mengejar hingga mendapatkan uang logam
tersebut. Mereka lalu menggigit kepingan uang logam yang mereka dapatkan,
memamerkan uang logam yang mereka dapat. Selanjutnya mereka kembali mengejar
lemparan uang logam lain, begitu seterusnya. Atraksi itu menjadi tontonan dan daya tarik tersendiri di
pelabuhan Ketapang.
Siapa cepat dia dapat. Ungkapan ini sudah menjadi semboyan
bagi para arlog didalam "perburuan" uang logam di dalam air.
Namun faktor keberuntungan juga masih berperan dalam
perburuan itu. "Kalau di dalam air, kita musuh. Tapi kalau di luar air
kita tetap teman," kata Denny Fajar Ashari salah seorang Arlog.
Tidak hanya uang logam. Uang kertas, permen, biskuit atau
kue bungkusan kadangkala turut dilemparkan penumpang untuk melihat aksi arlog
yang memberikan hiburan segar. Begitu uang logam dilempar, mereka berenang
berebutan dan menyelam untuk mengejar rezeki mereka.
Menunggu lemparan koin. |
Jumlah anak logam di Pelabuhan Ketapang ini mencapai
ratusan, jumlah ini baru dapat dilihat seluruhnya setahun sekali, yaitu pada
saat liburan lebaran. Pengakuan beberapa penduduk sekitar Pelabuhan Ketapang,
rata-rata anak-anak dari keluarga yang ada di sekitar pelabuhan adalah
anak-anak logam.
Denny, salah satu 'pemburu' uang logam ini mengaku mengais uang logam di Pelabuhan Ketapang sepulang dari sekolah sekitar pukul 12.00 WIB siang.
Berbeda dengan Denny, Andi Prayogo lebih memilih hari libur untuk menjadi anak logam. Jika tidak ada hari libur nasional maka kedua anak ini hanya seminggu sekali
"Melaut' baru dilakukan Andi pada hari minggu. Andi mengaku ingin mencari uang jajan sekaligus membantu meringankan beban orang tuanya untuk membayar sekolah dengan menjadi Arlog.
"Lumayan, mas. Bisa untuk jajan dan tambahan bayar sekolah," ungkap Andi polos.
Denny, salah satu 'pemburu' uang logam ini mengaku mengais uang logam di Pelabuhan Ketapang sepulang dari sekolah sekitar pukul 12.00 WIB siang.
Berbeda dengan Denny, Andi Prayogo lebih memilih hari libur untuk menjadi anak logam. Jika tidak ada hari libur nasional maka kedua anak ini hanya seminggu sekali
"Melaut' baru dilakukan Andi pada hari minggu. Andi mengaku ingin mencari uang jajan sekaligus membantu meringankan beban orang tuanya untuk membayar sekolah dengan menjadi Arlog.
"Lumayan, mas. Bisa untuk jajan dan tambahan bayar sekolah," ungkap Andi polos.
SEHARI BISA RP 100 RIBU
Dalam sehari, jumlah uang logam yang didapatkan para
anak-anak 'pemburu' uang logam di Pelabuhan Ketapang Banyuwangi bervariasi.
Pendapatan mereka ini tergantung dari penumpang kapal yang melemparkan uangnya
ke laut.
Mereka baru akan mendapatkan uang banyak apabila memasuki puncak libur, lebaran dan malam tahun baru.
Ahmad Ansori salah bocah yang berprofesi sebagai 'pemburu' uang logam ini mengaku saat musim libur tiba, dia bisa mendapatkan uang dalam jumlah yang cukup banyak dalam satu hari.
"Saya pernah mendapatkan Rp 100 ribu. Waktu itu yang melempari turis (sebutan mereka pada wisatawan asing)," ungkap Ansori, Senin (12\/5\/2008).
Dalam menjalankan aktivitasnya sebagai 'pemburu' uang logam, tidak sedikit resiko yang mereka hadapi. Misalnya baling-baling kapal yang bisa saja menggulung mereka, tumpahan atau rembesan solar dan pelumas dari mesin kapal, sampai pengaruh tekanan air laut yang bisa mengganggu bahkan merusak pendengaran telinga mereka.
"Yang sering terjadi kulit terkena tiram di dinding pelabuhan saat kita akan naik kedaratan," tambah Ansori.
Akibat seringnya terkena panas matahari dan air laut, warna rambut mereka berubah menjadi merah keemasan dan kulit cenderung hitam.
Bahkan tidak jarang anak-anak Arlog ini mendapatkan teguran dari guru mereka akibat warna rambut yang memerah akibat terkena panas matahari saat berburu uang logam di Pelabuhan Ketapang.
Bagaimanapun juga, faktor kebutuhan ekonomi bisa mengalihkan faktor resiko yang dihadapi. Anak-anak logam seperti Pendi yang masih berumur 8 tahun bisa mengumpulkan koin-koin bernilai hingga Rp 20.000 dalam sehari di saat menunggu keberangkatan kapal. Menurut Pendi, satu kapal bisa ada 10 kali lemparan koin logam.
Mereka baru akan mendapatkan uang banyak apabila memasuki puncak libur, lebaran dan malam tahun baru.
Ahmad Ansori salah bocah yang berprofesi sebagai 'pemburu' uang logam ini mengaku saat musim libur tiba, dia bisa mendapatkan uang dalam jumlah yang cukup banyak dalam satu hari.
"Saya pernah mendapatkan Rp 100 ribu. Waktu itu yang melempari turis (sebutan mereka pada wisatawan asing)," ungkap Ansori, Senin (12\/5\/2008).
Dalam menjalankan aktivitasnya sebagai 'pemburu' uang logam, tidak sedikit resiko yang mereka hadapi. Misalnya baling-baling kapal yang bisa saja menggulung mereka, tumpahan atau rembesan solar dan pelumas dari mesin kapal, sampai pengaruh tekanan air laut yang bisa mengganggu bahkan merusak pendengaran telinga mereka.
"Yang sering terjadi kulit terkena tiram di dinding pelabuhan saat kita akan naik kedaratan," tambah Ansori.
Akibat seringnya terkena panas matahari dan air laut, warna rambut mereka berubah menjadi merah keemasan dan kulit cenderung hitam.
Bahkan tidak jarang anak-anak Arlog ini mendapatkan teguran dari guru mereka akibat warna rambut yang memerah akibat terkena panas matahari saat berburu uang logam di Pelabuhan Ketapang.
Bagaimanapun juga, faktor kebutuhan ekonomi bisa mengalihkan faktor resiko yang dihadapi. Anak-anak logam seperti Pendi yang masih berumur 8 tahun bisa mengumpulkan koin-koin bernilai hingga Rp 20.000 dalam sehari di saat menunggu keberangkatan kapal. Menurut Pendi, satu kapal bisa ada 10 kali lemparan koin logam.
"Sehari bisa kapal bisa bolak-balik enam kapal. Disini ada belasan kapal, jadi pasti kebagian koin," kata Pendi. Bisa jadi, salah satu koin yang dilempar Pendi adalah koin milik Anda! (Detik.com)
Demikianlah informasi Arlog, Si anak Logam di Pelabuhan Ketapang
Sekian info Arlog, Si anak Logam di Pelabuhan Ketapang, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. Baiklah, sampai disini info Seputar Pelabuhan Ketapang Banyuwangi kali ini.
Anda sedang menyimak info Arlog, Si anak Logam di Pelabuhan Ketapang dan info ini url permalinknya adalah https://pelabuhanketapang.blogspot.com/2013/09/arlog-si-anak-logam-di-pelabuhan.html Semoga info ini bisa bermanfaat.
Tag : Anak Logam, Khas Ketapang,
semangat ya ! semoga hari esok akan jauh lebih baik... Amien
BalasHapus